Detail Artikel
Seri Konglomerat Muslim 2 - Utsman bin Affan: Khalifah yang Pemurah dan Dermawan
Di antara nama-nama besar dalam sejarah Islam, Utsman bin Affan menempati posisi istimewa sebagai sosok yang tidak hanya dihormati karena kesalehannya, tetapi juga karena kemurahan hatinya. Ia adalah salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW dan termasuk dalam sepuluh orang yang dijamin masuk surga. Namun, yang membuatnya begitu dikenang bukanlah sekadar kekayaan duniawinya, melainkan bagaimana ia mengubah kekayaan tersebut menjadi alat untuk kebaikan yang abadi.
Sosok yang Lembut dan Berhati Emas
Utsman bin Affan adalah seorang lelaki yang dikenal dengan kelembutannya. Ia berasal dari Bani Umayyah, salah satu kabilah Quraisy yang terpandang. Dengan tubuh tinggi, kulit cerah, dan wajah bersih, Utsman adalah seorang yang menarik hati siapa pun yang berjumpa dengannya. Di balik itu semua, ia menyimpan hati yang penuh kasih dan dermawan.
Ketika ia masuk Islam, Utsman harus menghadapi tekanan besar dari keluarganya, termasuk ancaman dari pamannya sendiri. Namun, imannya yang teguh tidak pernah goyah. Sebagai seorang pedagang yang sukses, Utsman menggunakan hartanya untuk mendukung dakwah Rasulullah SAW dan membantu sesama Muslim.
Kedermawanan yang Melegenda
Kisah kemurahan hati Utsman bin Affan begitu banyak dan menyentuh hati. Berikut beberapa peristiwa yang menunjukkan keagungan jiwanya:
Pembelian Sumur Raumah
Ketika kaum Muslimin hijrah ke Madinah, mereka menghadapi krisis air karena mayoritas sumur di sana dimiliki oleh Yahudi. Salah satu sumur terbaik adalah Sumur Raumah, yang airnya dijual dengan harga tinggi. Rasulullah SAW mengumumkan, "Siapa yang membeli sumur Raumah dan menyedekahkannya untuk umat Islam, baginya surga."
Utsman segera membeli sumur tersebut dengan harga 20.000 dirham (jumlah yang sangat besar) dan menjadikannya waqaf untuk kepentingan umat. Sampai hari ini, sumur tersebut masih memberikan manfaat, bahkan hasilnya dikelola untuk amal oleh pemerintah Arab Saudi.
Pendanaan Perang Tabuk
Ketika Rasulullah SAW mempersiapkan Perang Tabuk, umat Islam mengalami kesulitan finansial. Rasulullah menyeru kaum Muslimin untuk menyumbangkan harta mereka. Utsman dengan sigap mendermakan 300 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya, 50 kuda, dan 1.000 dinar emas. Rasulullah SAW sampai berkomentar: "Apa pun yang dilakukan Utsman setelah ini, tidak akan mencelakakannya."
Pembangunan Masjid Nabawi
Masjid Nabawi di Madinah pada awalnya kecil dan sederhana. Ketika jumlah Muslimin semakin bertambah, masjid itu tidak lagi cukup menampung jamaah. Rasulullah SAW menyatakan bahwa siapa yang memperluas masjid tersebut akan mendapatkan surga. Utsman pun membeli tanah di sekitar masjid dengan hartanya sendiri dan memperluasnya untuk kenyamanan umat.
Menjamin Kehidupan Para Muslimin yang Kekurangan
Utsman dikenal sering membebaskan budak dan menyedekahkan kekayaannya untuk fakir miskin. Pada masa kekhalifahannya, ketika terjadi krisis pangan, Utsman menyumbangkan gandum dalam jumlah besar dari karavan dagangnya untuk rakyat Madinah tanpa meminta imbalan apa pun.
Harta yang Berkah
Keberkahan harta Utsman bin Affan tidak hanya terlihat dari jumlahnya, tetapi juga dari bagaimana ia memanfaatkannya. Meski ia sering menyumbangkan hartanya dalam jumlah besar, kekayaannya selalu kembali dengan kelimpahan yang lebih besar. Hal ini karena niatnya yang tulus semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
Saat Utsman wafat, ia meninggalkan harta yang tetap melimpah. Menurut riwayat, ia memiliki:
- 2.000 ekor unta
- 1.000 kuda
- 10.000 budak yang sebagian besar telah ia bebaskan semasa hidupnya.
Selain itu, warisan kekayaannya mencakup rumah-rumah besar dan ladang-ladang subur di Madinah yang hingga kini hasilnya masih digunakan untuk amal waqaf.
Pelajaran dari Kehidupan Utsman bin Affan
Utsman bin Affan adalah contoh sempurna bagaimana seorang Muslim sejati menggunakan kekayaannya untuk kepentingan umat. Ia tidak pernah terbuai oleh dunia, meski ia memiliki banyak harta. Sebaliknya, ia memahami bahwa harta hanyalah titipan, dan kewajiban pemiliknya adalah memastikan titipan itu bermanfaat untuk orang lain.
Ia juga membuktikan bahwa seorang pemimpin tidak hanya dihormati karena kekuasaan, tetapi karena kedermawanan dan kasih sayangnya kepada rakyat. Utsman tidak hanya memberi dengan hartanya, tetapi juga dengan hatinya yang penuh keikhlasan.
Kisah Utsman bin Affan mengajarkan kita bahwa keberkahan dalam hidup tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang kita miliki, melainkan oleh seberapa banyak yang kita beri. Semoga Allah SWT menginspirasi kita untuk meneladani beliau, menjadikan harta yang kita miliki sebagai ladang amal yang mendekatkan kita kepada surga-Nya. Amin.